Feature

Melihat Lebih Jauh Sejarah Kawasan Pecinan Magelang

Foto kawasan Pecinan Magelang yang kental dengan corak budaya dan sejarah Etnis Tionghoa

Disekitar Alun-alun Magelang terdapat klenteng tua yang sangat identic dengan warna merahnya. Di jalan yang sama pula, kita dapat menemui kawasan pecinan yang terdapat ruko-ruko lawas milik etnis Tioghoa. Tak heran jika hampir disetiap kota di Indonesia memiliki kawasan pecinan yang mirip dengan Pecinan Magelang. Kawasan ini juga kerap disebut sebagai Chinatown, karena warganya yang mayoritas merupakan etnis Tioghoa.

Kita tarik pada era 1960 hingga 1970an nuansa Tionghpa di kawasan Pecinan Magelang sangat kental dan mengalami dinamika yang panjang pula. Tetapi beberapa waktu setelahnya, terdapat sejumlah bangunan yang mengalami penggusuran akibat perlebaran jalan dan kehilangan suasananya yang kuat. Pada tahun 1990-an terdapat beberapa bioskop yang memenuhi Pecinan Magelang, ini menjadi sebuah magnet yang menghidupkan suasana. Sedihnya bioskop tersebut mulai tutup satu persatu dan kehilangan hingar bingarnya.

Sejarah kelam pun pernah terjadi pada Kawasan Pecinan ini seperti yang diungkapkan oleh pegiat Komunitas Kota Toea Magelang, Bagus Priyana mengatakan peristiwa Geger Pecinan pernah terjadi di tahun 1740 di Jakarta atau saat itu dikenal dengan Batavia. Konflik ini tetap berlangsung selama bertahun-tahun hingga akhirnya memaksa masyarakat Tionghoa melarikan diri ke berbagai wilayah lain, salah satunya bermukim di Magelang. konflik etnis Tionghoa dan Belanda mengarah pada aturan yang mengatur orang-orang keturunan Tionghoa untuk bermukim dalam satu kawasan bernama Pecinan. Dan tidak boleh lagi membuka usaha di luar Pecinan sebagai bentuk pembelajaran dari pihak Belanda.

Belanda tidak dapat dilepaskan dari adanya Pecinan Magelang. Dimulai dengan Belanda yang mengajak para pedagang Tionghoa ke Kota Magelang pada zaman Perang Diponegoro sekitar tahun 1825 hingga 1830. Kedatangan pedagang Tionghoa ini sengaja untuk menetap dan menjual berbagai kebutuhan. Artinya kedatangannya memang untuk melanjutkan hidupnya di kota baru ini. Bahkan sebagiannya lagi ada yang menjadi tenaga kerja di sekitar Kota Magelang dan diberdayakan untuk membangun kawasan permukiman Belanda.

Hingga pada akhirnya pemerintahan Belanda mengangkat seorang letnan Tionghoa yang pro Belanda pada tahun 1830-an. Kemudian disusul dengan Belanda menempatkan Pecinan Magelang tidak jauh dari pusat kekuasaannya. Bukan hal yang mengherankan jika saat ini kawasan tersebut memanglah lokasi yang sangat strategis. Awalnya kawasan Pecinan Magelang ini dipenuhi dengan jejeran ruko satu lantai yang sederhana, namun setelahnya terdapat persimpangan rel kereta api dan pelebaran jalan. Disusul dengan dibangunnya trotoar lebar yang nyaman bagi para pejalan kaki. Sejak saat itu etnis Tionghoa terus mengalami perkembangan hingga membangun sebuah kelenteng dengan nama Liong Hok Bio yang kokoh berdiri sampai saat ini.

Corak perkembangan etnis Tionghoa di Kota Magelang masih dapat kita temui, yaitu dengan melihat beberapa peninggalan yang masih terjaga. Salah satu jejak utamanya adalah dengan menelusuri gang-gang di kanan dan kiri kawasan Pecinan. Sejalan dengan hal ini, Pemerintahan Kota Magelang pun turut mengupayakan menjaga kelestarian kawasan Pecinan. Pesona sejarah dan kebudayaan yang berpadu dengan perkembangan zaman, membentuk sebuah saksi bisu perjalanan kota dan ikon yang patut dilestarikan. Kawasan Pecinan Magelang menjadu salah satu destinasi untuk mendapatkan pengalaman dari perpaduan sejarah, budaya, dan kuliner.

Sumber: Cerita Kawasan Pecinan Magelang yang Menarik untuk Dikunjungi www.rumah123.com

Warisan Sejarah Jalanan Pecinan Magelang: Wisata yang Menarik Perhatian www.kabartemanggung.com

Related posts
FeatureFilmJender

Debut Sutradara Reza Rahadian yang Menggugah: Melihat Perempuan dari Lensa ‘Pangku’

Film “Pangku” yang disutradarai oleh Reza Rahadian merupakan sebuah karya yang sangat…
Read more
FeatureLifestyle

Tanpa Rencana, Semua Hanya Angan: Pentingnya Planning dalam Menata Hidup dan Karier

Dalam kehidupan modern yang serba cepat ini, memiliki planning atau perencanaan bukan lagi sekadar…
Read more
FeatureJenderPolitics

Saat Putri Mangkunegaran Berani Tolak Presiden, Tolak Poligami dan Pilih Cinta Sejati!

Gusti Nurul, putri dari Mangkunegara VII, dikenal sebagai sosok wanita berpendirian kuat yang…
Read more
Newsletter
Become a Trendsetter

Daftarkan diri anda untuk menjadi member dan dapatkan pemberitahuan saat ada informasi terbaru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *