Yogyakarta dikenal dengan budaya dan sejarahnya yang begitu kental dan tersohor di Indonesia. Salah satu yang paling terkenal akan budaya dan sejarahnya adalah Keraton Jogja, yang mana menjadi daerah Istimewa di Indonesia karena kepala pemerintahannya dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X, yaitu Sultan atau Raja dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Di kota ini menyimpan beragam peningglanan sejarah yang sangat menarik.
Tak heran jika Yogyakarta didatangi oleh banyak wisatawan dari berbagai daerah dan negara yang secara khusus datang untuk mengunjungi tempat-tempat bersejarah dan juga peninggalannya. Menjadi hal yang biasa jika para wisatawan yang datang berlomba-lomba untuk mendokumentasikan hal menarik yang mereka temui. Umumnya mereka akan mempublikasikan potret yang diambilnya dalam sosial media untuk dilihat banyak orang.
Salah satu peninggalan sejarah yang kerap masuk dalam potongan film atau pun lainnya adalah Plengkung Gading. Bangunan bersejarah dengan bentuk menyerupai gerbang yang melengkung ini memiliki daya tariknya tersendiri. Melalui bentuknya yang melengkung, maka disebut dengan istilah plengkung. Sedangkan gading berasal dari warna bangunan yang berwarna putih atau gading. Sehingga bangunan ini dapat disebut dengan gerbang melengkung bewarna putih.
Bangunan gapura ini digunakan sebagai pintu masuk menuju ke dalam benteng Keraton Jogja. Tak hanya satu gapura ini saja, namun terdapat empat bangunan gapura lain yang mirip dan sama-sama menghubungkan dengan bagian dalam Keraton. Nama ke-empat gapura lainnya adalah Plengkung Tarunasura, Plengkung Nirbaya, Plengkung Madyasura, Plengkung Jaga Surya dan Jagabaya. Namun diantara ke-lima bangunan tersebut, gapura yang paling dikenal adalah Plengkung Gading dan Plengkung Taunasura.
Kedua plengkung ini bentuknya masih terjaga keasliannya hingga kini masih tetap dikenal oleh masyarakat. Nama asli dari plengkung ini adalah Plengkung Nirbaya yang letaknya di arah Selatan alun-alun Selatan Keraton Jogja. Nirbaya berarti bebas dari bahaya duniawi dan menjadi arti sebagai sifat yang sederhana. Bangunan ini sangat terkenal sebab dijadikan pintu keluar jenazah sultan yang telah wafat dan dibawa menuju ke Makam Imogiri. Konon katanya, bagi sultan yang masih hidup tidak diperkenankan melewati bangunan gapura bagian Selatan ini.
Menurut sejarahnya yang dikutip dari Badan Pelestarian Cagar Budaya DIY menyebutkan bahwa dahulunya terdapat parit mengunjungi Keraton yang fungsinya sebagai pertahanan terhadap serangan musuh. Parit ini memiliki lebar mencapai 10 meter dan kedalaman 3 meter, namun di tahun 1935 parit ini hilang dan beralih fungsi menjadi jalan. Walaupun tidak diketahui secara pasti kapan parit tersebut dialih fungsikan menjadi jalan.
Sebuah informasi mengejutkan datang terkait Plengkung Gading atau Plengkung Nirbaya yang resmi ditutup total mulai Sabtu, 15 Maret 2025. Meskipun terkesan mendadak, namun nyatanya hal ini sudah menjadi wacana rencana penutupan sejak Januari 2025. Hal ini pastinya membuat masyarakat setempat dan wisatawan bertanya-tanya, tetapi mengutip portal Pemerintahan Daerah DIY menjelaskan penutupan ini seiring dilakukannya konservasi menyeluruh untuk penyelamatan Plengkung Gading.
Melalui pengamatan yang telah dilakukan sejak tahun 2015, dihasilkan akumulasi dampak yang lebih besar dari apa yang diperkirakan. Hal ini mengingat usia dari struktur bangunan dan lingkungan yang sudah sangat lama. Maka hal ini dapat dilakukan demi menyelamatkan para pengendara yang melewati Plengkung Gading. Walaupun begitu para wisatawan ataupun masyarakat yang ingin tetap berkunjung dapat melihat bangunan tersebut dengan batas jarak aman dan tidak terlalu dekat, ini sebagai upaya pencegahan yang sejalan dengan penutupan Plengkung Gading.
Sumber: Mengenal Plengkung Gading, Bangunan Bersejarah di Yogyakarta www.visitingjogja.jogjaprov.go.id
Kenapa Plengkung Gading Yogyakarta Ditutup? Ini Alasan dan Fakta Uniknya www.kompas.com

