BusinessPop Culture

Sukun: Buah Lokal dengan Seribu Potensi yang Mulai Dilirik Kembali

Breadfruit (Artocarpus altilis) on the tree. It is known as Buah Sukun in Malaysia. Usually deep fried and served during breakfast or tea time.

Sukun adalah salah satu buah tropis yang sering kali terlupakan, padahal memiliki nilai gizi tinggi dan potensi ekonomi besar. Tanaman dengan nama latin Artocarpus altilis ini tumbuh subur di berbagai wilayah Indonesia, terutama di daerah dengan iklim hangat dan tanah yang gembur. Sukun dikenal sebagai buah yang tak berbiji dengan daging lembut berwarna putih kekuningan, biasa dinikmati setelah digoreng, direbus, atau diolah menjadi berbagai camilan.

Dalam konteks pangan lokal, sukun sebenarnya memiliki posisi strategis. Kandungan karbohidratnya yang tinggi menjadikannya sebagai alternatif sumber energi selain nasi dan singkong. Rasanya yang gurih dan teksturnya yang empuk membuat buah ini mudah diolah menjadi makanan sehari-hari. Tidak heran, di beberapa daerah, sukun dianggap sebagai “pangan cadangan” yang diandalkan ketika beras sulit didapat.

Selain perannya sebagai bahan pangan, sukun menyimpan potensi besar bagi dunia kuliner modern. Kini, banyak inovasi lahir dari bahan dasar sukun, mulai dari keripik sukun, bolu sukun, hingga tepung sukun yang bisa dijadikan pengganti tepung terigu. Tren gaya hidup sehat juga turut mendorong buah ini kembali populer, karena sukun bebas gluten, rendah lemak, dan kaya serat sehingga baik untuk pencernaan.

Dari sisi ekonomi, budidaya sukun relatif mudah dan menguntungkan. Pohonnya tahan lama, bisa berbuah sepanjang tahun, serta tidak membutuhkan perawatan intensif. Hal ini membuka peluang besar bagi petani lokal untuk menjadikan sukun sebagai komoditas unggulan. Apalagi, dengan dukungan inovasi teknologi pangan, sukun berpotensi masuk ke pasar ekspor. Beberapa negara mulai melirik produk turunan sukun karena dianggap sebagai “superfood” tropis yang ramah lingkungan.

Lebih jauh, sukun juga memiliki nilai budaya. Di sejumlah daerah, sukun hadir dalam acara adat sebagai simbol kesuburan dan kemakmuran. Pohon sukun yang rindang bahkan sering dijadikan peneduh di halaman rumah atau lahan perkampungan, menjadi bagian tak terpisahkan dari lanskap pedesaan Indonesia.

Namun, tantangan utama adalah rendahnya popularitas sukun di kalangan generasi muda. Banyak yang belum mengenal potensi buah ini karena lebih terbiasa dengan pangan instan. Untuk itu, perlu adanya edukasi dan promosi yang kreatif agar sukun bisa lebih diterima, baik melalui festival kuliner lokal, produk UMKM inovatif, maupun kampanye gaya hidup sehat.

Sukun sesungguhnya bukan hanya sekadar buah. Ia adalah warisan alam yang bisa menjawab kebutuhan pangan berkelanjutan, sekaligus peluang ekonomi yang menjanjikan jika dikelola dengan baik. Ketika masyarakat semakin sadar akan pentingnya diversifikasi pangan, sukun berpeluang besar untuk kembali bersinar sebagai salah satu komoditas andalan bangsa.

Related posts
FenomenaLifestylePop Culture

No Buy Challenge Jadi Trend Bijak: Anti Boros, Anti Baper Dompet

No Buy Challenge adalah tren yang makin viral belakangan ini, melalui seruan untuk menahan diri…
Read more
BusinessFenomenaLifestyle

Gempuran Starling Colorful: Kopi Keliling Unik yang Jadi Magnet Kota dan Bisnis Kreatif

Fenomena menjamurnya starling atau starbike keliling dengan berbagai merek, gaya, dan warna unik dan…
Read more
Pop Culture

Kembali ke Alam Lewat Air: Mengapa Pikatan Water Park Selalu Ramai Setiap Akhir Pekan

Pikatan Water Park merupakan salah satu destinasi wisata air paling populer di Kabupaten Temanggung.
Read more
Newsletter
Become a Trendsetter

Daftarkan diri anda untuk menjadi member dan dapatkan pemberitahuan saat ada informasi terbaru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *