Fitri Ramadani, seorang perempuan muda asal Pulau Sabutung di Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Sulawesi Selatan, menjadi inspirasi dalam perjuangan mengatasi keterbatasan akses pendidikan di daerah terpencil. Sejak bergabung dengan Sekolah Perempuan Muda pada usia 19 tahun, Fitri mulai belajar tentang kesetaraan gender, advokasi sosial, dan pentingnya pendidikan untuk membangun kesadaran kolektif di komunitasnya. Sekolah ini memberinya ruang untuk menyalurkan kreativitas dan belajar dengan metode yang tidak konvensional di berbagai lokasi, seperti pinggir pantai dan pulau kecil.
Perjalanan Fitri tidak mudah karena kondisi geografis pulau yang terpencil dan keterbatasan fasilitas pendidikan di sekitarnya. Namun, melalui dukungan organisasi seperti KAPAL Perempuan dan Yayasan Kajian Pemberdayaan Masyarakat Sulawesi Selatan, ia dan teman-temannya aktif menjadi penyiar radio komunitas yang mengkampanyekan isu penting seperti pencegahan perkawinan anak, kekerasan terhadap perempuan, serta hak-hak warga terhadap layanan dasar. Peran ini juga menguatkan posisi Fitri sebagai agen perubahan di masyarakatnya.
Fitri pun mendorong perubahan nyata di lingkungannya, seperti usulan pengadaan air bersih, listrik, fasilitas bagi penyandang disabilitas, serta pembangunan fasilitas umum lainnya yang sangat dibutuhkan di pulau tersebut. Usulan-usulan ini tidak hanya disampaikan secara tradisional, tetapi juga melalui kampanye media sosial dan pengembangan radio komunitas, sehingga suara anak muda dan perempuan makin terdengar dalam proses pembangunan desa.
Pemahaman kritis Fitri atas isu gender dan sosial juga menuntunnya untuk aktif mengampanyekan penghentian perkawinan anak, yang dulu sangat marak terjadi di Pulau Sabutung dengan angka bisa mencapai lima pernikahan anak per tahun. Berkat kerja kerasnya, kasus-kasus ini mulai berkurang, dan Fitri berhasil membawa suara perempuan muda dari daerah terpencil ke tingkat nasional dalam berbagai forum diskusi dan advokasi.
Selain menjadi pemimpin Sekolah Perempuan Muda, Fitri juga dikenal sebagai perempuan visioner yang mampu menggerakkan komunitasnya untuk kesetaraan dan pendidikan yang lebih baik. Pengalamannya menunjukkan bagaimana perempuan muda di daerah terpencil memiliki potensi besar menjadi agen perubahan sosial, asalkan diberikan ruang dan kesempatan yang memadai untuk belajar dan beraksi.
Kini, Fitri terus berjuang untuk mewujudkan kesejahteraan dan pendidikan yang inklusif bagi perempuan dan masyarakat di Pulau Sabutung. Melalui berbagai upaya sosial dan advokasi, ia berharap perubahan yang sudah dimulai dapat berkelanjutan dan menjangkau lebih banyak generasi muda di daerah kepulauan lainnya. Kisahnya menjadi teladan bahwa keterbatasan geografis bukan halangan untuk berkontribusi positif bagi masyarakat.
Perempuan Muda di Daerah Terpencil Kepulauan: Tantangan dan Perjuangan untuk Akses dan Kesetaraan www.jurnalperempuan.org
Diseminasi studi: mengupas realitas, tantangan, dan kebijakan bagi perempuan muda di daerah terpencil dan kepulauan www.akatiga.org
Kisah perempuan visoner pencegah pernikahan anak dari Pulau Sabutung www.antaranews.com

