Nama gudeg bukankah tak asing untuk kita dengar? Makanan satu ini sudah sangat familiar ditelinga masyarakat, tak heran jika gudeg sangat terkenal hingga ke mancanegara dan memiliki banyak penggemarnya. Makanan bercitra rasa manis dan lezat ini sangat mudah kita temui dibeberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur, khususnya di Yogyakarta. Mari kita mengenal gudeg secara lebih dekat!
Nama gudeg berasal dari istilah hangudeg atau ngudeg dalam bahasa jawa, yang memiliki arti mengaduk. Mengaduk adalah proses yang dilakukan saat pembuatan gudeg dilakukan, yaitu mengaduk dengan menggunakan centong agar makanan tidak gosong. Sedangkan hangudeg memiliki makna lainnya, yaitu memasak nangka dengan santan dan daun melinjo dalam sebuah kuali yang besar.
Gudeg adalah makanan khas dari Yogyakarta, yang kini telah mengalami berbagai pengembangan dan variasi yang melekat padanya. Gudeg tak hanya dapat kita temukan di Yogyakarta saja, namun makanan ini telah berhasil menjadi identitas juga ciri khas makanan wilayah Yogyakarta. Yang kemudian menjadi ikon dari Yogyakarta, dengan ciri khas makanan bercitra rasa manis, berwarna kecoklatan dan santan kentalnya. Gudeg disajikan dengan lauk berupa ayam, telur, tempe, dan tahu yang direbus dengan bumbu-bumbu yang biasa dsebut dengan kata bacem. Kelengkapan yang ada pada sajian gudeg sudah menjadi perpaduan yang menyatu dan tidak terpisahkan. Memiliki bahan dasar Nangka muda (gori) yang melalui proses memasak selama berjam-jam hingga mendapatkan warna dan rasa yang khas dan awet. Dari proses memasaknya, gudeg terbagi atas dua macam yaitu gudeg basah dan gudeg kering.
Seperti apa sejarah dari gudeg? Tertulis dalam serat Centhini, gudeng mulai dikenal pada abad 16 atau 17. Walaupun belum dapat diperkirakan secara pasti, namun dapat dipastikan gudeg sudah dulu ada dibandingkan dengan berdirinya Kesultanan Yogyakarta. Dalam serat Centhini termuat cerita mengenai gudeg yang sudah diperjual belikan ketika ada keramaian masyarakat, seperti pertunjukan wayang bahkan menjadi hidangan perjamuan para tamu di wilayah pedesaan di Jawa. Saat ini dengan semakin banyaknya penjual gudeg yang bertebaran di Yogyakarta juga menjadi komoditas makanan yang dicari oleh wisatawab, Yogyakarta menjadi sentra makanan khas gudeg. Di Yogyakarta terdapat beberapa penjual gudeg legendaris seperti gudeg Yu Djum, gudeg Bu Tjitro, gudeg Bu Slamet, dan lainnya.
Dalam buku Makanan Tradisional Indonesia Seri 2 oleh Murdijati Gardjito, disebutkan bahwa gudeg ada sejak zaman Kerajaan mataram islam. Terjadi pada peristiwa pembabatan Alas Mentaok untuk membangun Keraton, yang terdapat banyak pohon nangka dan kelapa di dalam hutan tersebut. Dengan jumlah kedua pohon tersebut yang banyak membuat para perintis mataram tersebut membuat dan mengolahnya menjadi gudeg. Yang kemudian saat ini membuat gudeg menjadi makanan utama yang sering dijumpai.
Kini gudeg menjadi daya tarik yang unik membuatnya menjadi makanan Istimewa yang mampu bertahan selama berabad-abad. Dengan kemampuannya beradaptasi dengan perubahan dan mencukupi ekspektasi selara saat ini. Gudeg menjadi makanan warisan budaya dan tradisi kuliner yang sangat kuat, serta terus memikat selera dari generasi ke generasi. Ini juga dapat membuat nama gudeg memperkenalkan tradisi dan sejarah Yogyakarta yang berharga kepada yang belum mengenalnya.

