Hari ABRI dahulu adalah istilah lama untuk peringatan militer negara kita, yang beberapa dekade silam mencakup Tentara dan Kepolisian sebagai satu kesatuan. Namun sejak reformasi, institusi tersebut dipisah, dan istilah “ABRI” pun tidak lagi digunakan secara resmi. Sebaliknya, peringatan militer sekarang dikenal sebagai Hari TNI yang diperingati tiap 5 Oktober.
Sejarah peringatan ini bermula dari transformasi organisasi militer pada masa awal kemerdekaan. Setelah proklamasi 17 Agustus 1945, lembaga militer Indonesia mengalami beberapa perubahan: mulai dari pembentukan badan keamanan rakyat (BKR), kemudian menjadi TKR (Tentara Keamanan Rakyat), lalu TRI (Tentara Republik Indonesia), hingga akhirnya menjadi TNI (Tentara Nasional Indonesia). Peringatan 5 Oktober dipilih karena pada hari itulah BKR resmi diubah menjadi TKR, sebagai tonggak berdirinya institusi militer formal negara.
Pada masa Orde Lama dan Orde Baru, Hari ABRI menjadi simbol kekuatan militer yang terlibat dalam aspek politik dan pemerintahan. Militer (ABRI) pada masa itu memiliki peran ganda, baik dalam urusan pertahanan maupun fungsi sosial-politik di masyarakat. Namun setelah reformasi tahun 1998, ABRI dibubarkan dan dipisahkan kembali antara TNI dan Polri, agar konflik kepentingan militer-politik dapat dicegah. Sejak itu, peringatan militer resmi lebih mengacu pada Hari TNI, dengan fokus pada patriotisme, pengabdian kepada negara, dan modernisasi militer.
Pada perayaan terkini, misalnya HUT TNI ke-80 pada tahun 2025, tema yang diusung adalah “TNI Prima, TNI Rakyat, Indonesia Maju”. Tema ini menegaskan bahwa TNI tidak hanya menjadi alat pertahanan negara, tetapi juga institusi yang profesional, adaptif, dan dekat dengan rakyat. Rangkaian perayaannya meliputi upacara militer, parade alutsista, demonstrasi kemampuan prajurit, serta berbagai kegiatan terbuka kepada masyarakat.
Makna dari peringatan ini lebih dari sekadar seremoni. Hari ABRI / Hari TNI menjadi momen refleksi nasional, tentang bagaimana militer dapat tetap menjadi penjaga kedaulatan tanpa melampaui batas demokrasi. Bagi masyarakat, peringatan ini menjadi pengingat bahwa kedaulatan negara harus dijaga, namun dalam kerangka supremasi sipil dan transparansi. Seiring zaman, harapan besar tumbuh agar militer Indonesia lebih modern, profesional, dan berpihak kepada rakyat.
Peringatan Hari TNI bukanlah rutinitas kosong. Jika diisi dengan kegiatan yang membuka dialog antara militer dan masyarakat misalnya dialog publik, pameran alutsista, maupun program sosial kemasyarakatan maka nilai peringatan bisa semakin hidup. Di masa depan, penting agar peran militer bukan hanya simbol kekuatan, tetapi bagian dari sinergi pembangunan bangsa yang adil dan bermartabat.
Sumber:
Sejarah Hari TNI sejak Pembentukan BKR hingga ABRI | tirto.id
HUT ke-80 TNI 2025: Sejarah, Tema hingga Link Download Logo Resminya | detikcom