Ratusan siswa dan guru dari dua sekolah di Gemolong, Kabupaten Sragen, mengalami dugaan keracunan setelah mengonsumsi menu dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) pada Agustus 2025. Korban yang mencapai 251 orang menunjukkan gejala seperti mual, pusing, dan diare, sehingga membutuhkan penanganan medis segera. Kejadian ini menjadi peringatan serius yang membuat pihak berwenang segera mengambil langkah antisipasi dengan membuka posko layanan kesehatan hingga menangguhkan sementara distribusi MBG guna menghindari korban baru sekaligus memulai serangkaian investigasi untuk mengetahui penyebab pasti kasus tersebut.
Menanggapi kejadian ini, pihak penyelenggara MBG di Sragen, khususnya Dapur SPPG Mitra Mandiri yang bertanggung jawab atas penyediaan makanan, menyatakan bahwa mereka telah berusaha mengikuti seluruh prosedur pengolahan makanan sesuai standar. Pihaknya bersikap kooperatif dalam proses pemeriksaan dan siap bekerja sama dengan lembaga kesehatan untuk memastikan akar permasalahan ditemukan dan diselesaikan. Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) turut menegaskan akan memperketat aturan termasuk prosedur pengiriman dan penyimpanan makanan, sebab pihaknya menyadari pentingnya menjaga kualitas dan keamanan makanan demi kesehatan para siswa yang menjadi target program.
Seruan serius ini juga datang dari Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi yang secara resmi menghentikan sementara pelaksanaan MBG di Sragen sampai hasil investigasi mengenai penyebab keracunan tuntas. Pemprov Jawa Tengah langsung membuka posko kesehatan 24 jam untuk membantu pemulihan para korban dan terus memantau kondisi mereka. Gubernur menekankan pentingnya evaluasi menyeluruh untuk meminimalisasi risiko kejadian serupa di kemudian hari, demi memastikan bahwa program yang sejatinya bermanfaat bagi peningkatan gizi anak-anak ini dapat berjalan secara aman dan berkelanjutan.
Berdasarkan pantauan suplemind.id, masyarakat Sragen merasa khawatir namun juga mengemukakan berbagai pandangan. Banyak orang tua yang kecewa karena program yang sejatinya mendukung kesehatan anak justru berujung pada risiko kesehatan. Mereka berharap pemerintah lebih memperhatikan kontrol mutu serta proses produksi dalam penyediaan MBG agar kualitas makanan benar-benar terjaga. Namun, di sisi lain, terdapat suara yang meminta agar masyarakat tidak langsung menyalahkan program sebelum penyebab keracunan diketahui dengan jelas, sehingga kepercayaan masyarakat dapat tetap dijaga dengan transparansi dari pihak terkait.
Melalui pengalaman ini, masyarakat dan orang tua siswa menyimpan harapan besar agar kasus keracunan ini menjadi titik balik untuk memperbaiki dan meningkatkan pengawasan dalam program MBG. Mereka menginginkan langkah nyata berupa penerapan standar ketat dalam pengelolaan dan distribusi makanan bergizi di sekolah. Harapan juga tertuju pada sinergi antara pemerintah daerah dan pusat untuk menciptakan sistem keamanan pangan yang handal serta memberi edukasi yang lebih baik kepada masyarakat mengenai manfaat dan potensi risiko program. Jika berbagai perbaikan ini dilakukan dengan serius, program MBG dapat kembali dipercaya sebagai upaya strategis dalam meningkatkan kesehatan generasi penerus bangsa.
Sumber: Sederet Fakta Ratusan Siswa-Guru di Sragen Keracunan MBG www.detik.com
Ratusan Siswa dan Guru Keracunan MBG di Sragen www.cnnindonesia.com
Dugaan Keracunan MBG di Sragen, Gubernur Jateng www.kompas.com