Dalam setiap perayaan penting di Indonesia entah itu selamatan, ulang tahun, hingga peringatan kemerdekaan. Kehadiran tumpeng selalu menjadi tanda kebersamaan dan rasa syukur. Bentuknya yang kerucut dengan lauk-pauk di sekelilingnya bukan hanya menggugah selera, tapi juga sarat makna filosofis yang telah diwariskan turun-temurun dari nenek moyang.
Tumpeng berasal dari tradisi Jawa kuno, namun kini telah menjadi bagian dari kebudayaan nasional. Nama “tumpeng” diyakini merupakan akronim dari ungkapan Jawa “tumapaking penguripan,” yang berarti jalan menuju kehidupan yang sempurna. Bentuk kerucut tumpeng melambangkan gunung. Simbol hubungan manusia dengan Sang Pencipta dan keseimbangan antara alam, manusia, dan Tuhan.
Biasanya, nasi tumpeng disajikan dalam acara selamatan sebagai bentuk ungkapan rasa syukur atas rezeki, keselamatan, atau keberhasilan. Warna kuning pada nasi tumpeng memiliki makna kemakmuran dan harapan yang cerah. Sedangkan lauk pauk di sekelilingnya seperti ayam ingkung, telur, urap, dan tempe memiliki filosofi tersendiri. Telur utuh melambangkan kesempurnaan hidup, ayam ingkung menggambarkan ketundukan manusia pada Tuhan, dan urap yang terdiri dari berbagai sayuran hijau melambangkan kerukunan sosial serta kesuburan alam.
Dalam perkembangannya, tumpeng tidak hanya disajikan di acara keagamaan atau tradisional. Kini, tumpeng menjadi simbol kebanggaan nasional yang hadir di berbagai momen modern dari perayaan ulang tahun perusahaan hingga peluncuran produk. Bentuk dan variasinya pun semakin kreatif: ada tumpeng mini, tumpeng modern berwarna-warni, bahkan tumpeng digital yang dibuat untuk kampanye budaya di media sosial. Namun, di balik semua inovasi tersebut, makna dasarnya tetap sama yakni mengingatkan manusia untuk selalu bersyukur dan menjaga keseimbangan hidup.
Tumpeng juga menjadi simbol harmoni sosial. Ketika tumpeng dipotong dan dibagikan, tidak ada perbedaan antara tua dan muda, kaya dan miskin, semua duduk bersama menikmati hasil bumi. Di sinilah nilai gotong royong dan kebersamaan yang menjadi inti budaya Indonesia terus hidup.
Lebih dari sekadar makanan, tumpeng adalah cerita tentang identitas bangsa. Ia mengajarkan bahwa rasa syukur tak harus diungkapkan dengan kata-kata, cukup dengan berkumpul, berbagi, dan menikmati hasil kerja bersama. Dalam setiap butir nasi kuning dan setiap potong ayam yang disajikan, tersimpan filosofi kehidupan yang sederhana namun dalam bahwa manusia harus selalu ingat asalnya, bersyukur atas perjalanannya, dan berbagi kebaikan kepada sesama.

