Site icon Suplemind Indonesia

Saat Putri Mangkunegaran Berani Tolak Presiden, Tolak Poligami dan Pilih Cinta Sejati!

Foto Gusti Nurul Perempuan asal Keraton Mangkunegaran yang menegakkan keberanian dan kesetaraan gender oleh Dinas Kebudayaan Yogyakarta

Foto Gusti Nurul Perempuan asal Keraton Mangkunegaran yang menegakkan keberanian dan kesetaraan gender oleh Dinas Kebudayaan Yogyakarta

Gusti Nurul, putri dari Mangkunegara VII, dikenal sebagai sosok wanita berpendirian kuat yang menolak pinangan Presiden Soekarno. Meskipun Soekarno merupakan tokoh penting dan pemimpin nasional saat itu, Gusti Nurul menolak menikah dengannya karena ia tidak ingin menjadi istri kedua atau “dimadu” dalam sistem poligami. Keputusannya ini menunjukkan bagaimana Gusti Nurul menegakkan prinsip kesetaraan gender dan keberanian untuk menolak norma sosial yang mengekang perempuan, terutama dalam konteks pernikahan berpoligami yang masih umum pada zamannya.

Kita lihat lebih jauh, Gusti Nurul juga menolak tokoh-tokoh besar lain yang sudah beristri, seperti Sultan Hamengkubuwono IX dan Sutan Sjahrir. Sebab ia memegang teguh prinsip untuk tidak terlibat dalam hubungan poligami. Sikap ini sekaligus menantang norma sosial dan politik yang kerap meremehkan posisi perempuan sebagai subjek yang menentukan hidupnya sendiri. Gusti Nurul meyakini bahwa perempuan tidak harus menjadi figur pasif atau tunduk di tengah ketidaksetaraan, termasuk dalam urusan rumah tangga.

Pilihan Gusti Nurul jatuh pada RM Surjosularso, seorang perwira militer yang tidak memiliki jabatan tinggi politik dan juga sepupunya sendiri. Pernikahan ini dianggap oleh Gusti Nurul sebagai bentuk pembebasan dari tekanan politik dan standar elit, sekaligus memungkinkan ia untuk menjalani hidup yang lebih setara dan nyaman sebagai seorang istri. Ia aktif dalam organisasi istri tentara dan merasa diperlakukan sama dengan istri-istri prajurit lainnya, yang bagi banyak perempuan pada masa itu adalah bentuk penghormatan dan pengakuan atas peran mereka di luar stigma tradisional.

Keberanian Gusti Nurul menolak pinangan tokoh besar juga mencerminkan sikap perempuan yang ingin menentukan pilihan hidupnya sendiri dan menolak diperlakukan sebagai objek kepemilikan atau status politik. Sikap ini sangat progresif, terutama di tengah budaya Jawa dan era politik yang sangat patriarkal. Pilihan dan prinsipnya yang menentang poligami serta keinginannya untuk hidup mandiri menjadi simbol perjuangan perempuan agar dihargai setara dan punya hak suara dalam kehidupan pribadi dan sosial.

Gusti Nurul menghembuskan napas terakhir pada usia 94 tahun dan meninggalkan warisan nilai kuat tentang keberanian dan kesetaraan gender. Kisah hidupnya menjadi inspirasi bahwa perempuan memiliki hak untuk memilih jalan hidup dan menolak norma-norma yang menindas. Keputusan menolak Soekarno demi menghindari poligami memperkuat pesan penting tentang kebebasan dan kemandirian perempuan dalam lingkungan yang masih sarat oleh nilai tradisional yang patriarkal.

Sumber: Gusti Nurul, Putri Mangkunegaran yang Menolak Pinangan Soekarno www.Kompas.com

Menolak Presiden Soekarno, Gusti Nurul Pilih Nikahi Tentara www.Fimela.com Gusti Raden Ayu Siti Noeroel Kamaril Ngasarati Kusumawardhani www.Budaya.jogjaprov.go.id

Exit mobile version