Alun-alun, seharusnya menjadi jantung kota, ruang publik yang hidup, dan representatif bagi warga. Namun, alun-alun Temanggung justru menjadi ironi. Alih-alih menjadi kebanggaan, ia malah menuai kritik pedas dan berbagai keluhan dari masyarakat. Kondisi memprihatinkan ini tak hanya menjadi perbincangan di warung kopi, tetapi juga ramai diperdebatkan di media sosial.
Gelap, Membosankan, dan Tidak Nyaman
Berbagai masalah mendera alun-alun Temanggung. Minimnya penerangan menjadi salah satu sorotan utama. Meskipun telah dilengkapi lampu, namun penataan dan jumlahnya dianggap kurang optimal. Suasana gelap dan suram, terutama di malam hari, membuat alun-alun terkesan angker dan tidak menarik untuk dikunjungi. Saking gelapnya, beberapa warga bahkan menyebut alun-alun Temanggung lebih mirip kuburan daripada ruang publik. Selain itu, desain alun-alun juga dianggap monoton dan kurang estetis. Tata ruang yang kaku, minimnya elemen penghijauan seperti pohon dan tanaman hias, serta ketidakhadiran elemen air seperti kolam atau air mancur, membuat alun-alun terkesan gersang dan tidak bernyawa. Kurangnya fasilitas pendukung juga menjadi masalah. Tempat duduk yang terbatas, toilet umum yang kurang terawat, dan minimnya area bermain anak-anak membuat alun-alun kurang ramah bagi pengunjung, terutama keluarga.
Aktivitas yang Meresahkan dan Kurang Terkendali
Tak hanya masalah fisik, alun-alun Temanggung juga dihadapkan pada persoalan sosial. Aktivitas-aktivitas yang tidak terkendali seperti balapan liar motor mini, keberadaan anak punk, dan pedagang kaki lima yang berjualan sembarangan menambah kesemrawutan dan mengganggu kenyamanan pengunjung lain.
Revitalisasi: Harapan dan Tantangan
Menanggapi kritik dan keluhan masyarakat, Pj Bupati Temanggung, Hery Agung Prabowo, telah menyatakan akan melakukan revitalisasi alun-alun. Rencana ini tentu saja disambut baik oleh masyarakat. Namun, revitalisasi bukanlah pekerjaan mudah. Perlu ada perencanaan yang matang dan komprehensif yang melibatkan berbagai pihak, termasuk masyarakat, agar alun-alun Temanggung benar-benar dapat bertransformasi menjadi ruang publik yang ideal. Revitalisasi tidak hanya sekedar mengubah wajah fisik alun-alun. Lebih dari itu, revitalisasi harus mampu menciptakan ruang publik yang hidup, nyaman, aman, dan representatif, yang dapat menampung berbagai aktivitas warga, mulai dari bersantai, berolahraga, hingga mengekspresikan diri.
Partisipasi Publik dan Pengelolaan Berkelanjutan
Untuk mewujudkan hal tersebut, partisipasi publik menjadi sangat penting. Masyarakat perlu dilibatkan dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan revitalisasi. Selain itu, perlu dibentuk sistem pengelolaan yang baik dan berkelanjutan agar alun-alun tetap terjaga kebersihan, keamanan, dan kenyamanannya. Alun-alun Temanggung adalah milik bersama. Sudah saatnya semua pihak bekerja sama untuk mewujudkan alun-alun yang sesungguhnya, ruang publik yang menjadi kebanggaan warga Temanggung.