LifestyleRisalah

Rumah Literasi Borobudur: Wisata Edukatif yang Tersembunyi di Balik Candi

Rumah Literasi Borobudur/Sumber:SuaraMerdekaKedu

Candi Borobudur dikenal sebagai ikon pariwisata dunia, menarik ribuan turis setiap harinya. Namun seiring ramainya keramaian, tidak banyak wisatawan menyadari bahwa di balik megahnya stupa dan relief, terdapat pengalaman wisata yang menarik terakait literasi, edukasi budaya, dan interaksi komunitas. Salah satunya adalah Rumah Literasi Borobudur, atau yang lebih dikenal sebagai Taman Baca Melek Huruf, sebuah ruang baca dan pertemuan masyarakat yang belum banyak terekspos, tetapi memiliki potensi luar biasa.

Terletak di Dusun Pucungan, Desa Candirejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, taman baca ini dibuka pada 1 Juni 2023 oleh pasangan pustakawan Nina Hidayat dan suaminya Kristian (suaramerdeka, 2024). Awalnya didirikan sebagai wujud mimpi mereka menyediakan ruang baca nyaman dengan rak asimetris dan pencahayaan alami sebuah taman baca sekaligus tempat ngopi dan ruang bersama yang hangat (magelang kabupaten, 2025). Dari tempat sederhana itu, berkembang sebuah komunitas lokal bernama Kawan Aksara, yang rutin menggelar pekan buku, bazar buku, dan diskusi, serta mengundang penulis dan penerbit untuk berbagi karya dan inspirasi (magelang kabupaten, 2025).

Taman Baca Melek Huruf memadukan elemen perpustakaan, kafe, dan ruang komunitas. Pengunjung dapat membaca gratis selama jam operasional, yakni Jumat–Senin pukul 10.00–18.00 (magelang kabupaten, 2025). Suasana yang ditawarkan sangat tenang yaitu indoor dan outdoor dengan lantai mezzanine, dikelilingi panorama hijau Bukit Menoreh. Koleksi buku secara berkala mencapai 750–800 judul, melingkupi fiksi, nonfiksi, buku anak, parenting, agama, serta khusus koleksi tentang Magelang dan Borobudur (suaramerdeka, 2024; magelang kabupaten, 2025). Buku-buku tersebut bersumber dari donasi maupun kerjasama dengan penerbit lokal, dan disajikan sedemikian rupa sehingga pengunjung merasa nyaman membaca sambil menikmati kopi hangat.

Lebih dari sekadar tempat baca, Taman Baca Melek Huruf menjadi pusat aktivitas dan kreativitas masyarakat. Melalui program “Wisata Rumah Baca”, pengunjung dari luar kota dapat merasakan pengalaman untuk ikut menulis cerita rakyat, berdiskusi budaya, membuat zine anak, bahkan mendesain kegiatan literasi berbasis komunitas lokal. Wisata ini cocok untuk keluarga, pelajar, hingga penulis yang ingin mencari inspirasi di lingkungan alam pedesaan (suaramerdeka, 2024). Konsep ini sejalan dengan prinsip slow tourism, yakni perjalanan yang bermakna, memberi ruang refleksi dan interaksi, bukan sekadar cepat melihat destinasi (magelang kabupaten, 2025).

Kontribusi taman baca ini terhadap pelestarian budaya sangat signifikan. Cerita rakyat, tembang, dan dongeng lokal dikumpulkan, didokumentasikan, dan kemudian dibagikan ulang kepada anak-anak desa. Bahkan, program audio visual pun dikembangkan untuk menarik generasi muda agar tetap mencintai budaya lokal. Dengan begitu, taman baca ini menjadi penjaga identitas budaya Borobudur yang holistik, tidak terbatas pada fisik monumen, melainkan pada narasi dan tradisi masyarakatnya (suaramerdeka, 2024).

Initiatif ini pun menginspirasi komunitas serupa di kawasan Borobudur. Beberapa muncul berdasarkan model yang sama menggabungkan literasi, budaya, dan wisata komunitas. Beberapa lembaga akademik dan pemerintah bagian Kabupaten Magelang bahkan mulai menerapkan konsep ini ke dalam strategi desa wisata tematik. Hal ini menunjukkan bahwa literasi dapat menjadi basis pengembangan wisata berkelanjutan yang inklusif dan menguntungkan. Jika diterapkan lebih luas, bisa menjadi model yang relevan di desa-desa dengan potensi budaya unik. Meski begitu, keberlangsungan taman baca ini masih bergantung pada dukungan berkelanjutan. Infrastruktur digital dan akses transportasi masih menjadi kendala. Selain itu, modelnya yang berbasis komunitas membuat keberlanjutan kegiatan sangat dipengaruhi oleh semangat pengelola dan partisipasi masyarakat. Maka, dukungan dari pemerintah, lembaga donor, CSR swasta, lembaga pendidikan, maupun pengunjung menjadi kunci agar kegiatan literasi ini semakin matang dan luas dampaknya.

Rumah Literasi Borobudur menghadirkan paradigma baru bagi pelancong, bahwa berwisata bisa menjadi sarana pembelajaran, interaksi, dan kolaborasi budaya. Di tengah megahnya karya arsitektur Buddha, kini tumbuh gerakan literasi yang memberi kedalaman pengalaman. Perjalanan ke Borobudur kini bisa diwarnai dengan membaca, bercerita, dan menciptakan bersama aktivitas yang menyentuh bukan hanya mata, tetapi hati dan pikiran. Bagi wisatawan yang mencari pengalaman berbeda, menginginkan perjalanan dengan makna, dan ingin berkontribusi, taman baca ini adalah pilihan yang tepat. Karena membaca, menulis, dan berbagi cerita di alam desa adalah bentuk perjalanan spiritual yang menyatukan lintas budaya, usia, dan latar belakang. Dan ketika itu terjadi di Dusun Pucungan, di kaki Candi Borobudur, lahirlah kisah yang membumi dan abadi.

Sumber:

https://www.magelangkab.go.id/home/detail/taman-baca-melek-huruf-candirejo-borobudur-hadirkan-ruang-baca-yang-nyaman/6396
https://kedu.suaramerdeka.com/gaya-hdiup/2113916086/menilik-taman-baca-melek-huruf-kolaborasi-satu-frekuensi-antara-kopi-dan-literasi

Related posts
FeatureFenomenaLifestyle

Pemuda Desa Suarakan Pentingnya Melek Digital di Era Modern

Komunitas pemuda di desa kini mulai menyuarakan betapa pentingnya literasi digital sebagai satu…
Read more
FenomenaLifestylePop Culture

Olahraga Hits Bergantian: FOMO, Sosial Media, dan Semangat Baru Berolahraga

Kita simak bersama, dalam kurun waktu terakhir ini tren olahraga di Indonesia mengalami perubahan…
Read more
FeatureLifestyleNews

Antusiasme Memuncak, Stan Akmil Raih Perhatian di TNI AD Fair 2025

Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-80 Tentara Nasional Indonesia (TNI), pada tanggal…
Read more
Newsletter
Become a Trendsetter

Daftarkan diri anda untuk menjadi member dan dapatkan pemberitahuan saat ada informasi terbaru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *